Sabtu, 06 Agustus 2016

Ikan Patin (Pangasius sp.)

hello, balik lagi sama aku.
kali ini aku mau post tentang ikan patin. bosen ya Sama ikan muluk? yaaah gimana dong ya abisnya akunya anak perikanan coy...hihihihi
langsung cek it dot aja deh..




Biologi Ikan Patin (Pangasius sp.)


Klasifikasi dan morfologi
Klasifikasi Ikan Patin menurut SNI (2000) yaitu Kingdom Animalia, Filum Chordata, Sub Filum, Vertebrata, Kelas Pisces, Sub kelas, Teleostei, Ordo Ostariophysi, Sub Ordo, Siluroidae, Famili Pangasidae, genus Pangasius, spesies Pangasius sp.. Ikan patin memiliki badan memanjang berwarna putih seperti perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Panjang tubuhnya bisa mencapai 120 cm. Kepala ikan patin relatif kecil dengan bukaan di ujung kepala di sebelah bawah. Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis yang berfungsi sebagai peraba (Martha, 2008).



Gambar 2. Ikan Patin (Pangasius sp.)

 Tubuh ikan patin secara morfologi dapat dibedakan yaitu bagian kepala dan badan. Bagian kepala terdiri dari: rasio panjang standar/panjang kepala 4,12 cm, kepala relatif panjang, melebar kearah punggung, mata berukuran sedang pada sisi kepala, lubang hidung relatif membesar, mulut subterminal relatif kecil dan melebar ke samping, gigi tajam dan sungut mencapai belakang mata, dan jarak antara ujung moncong dengan tepi mata lebih panjang. (Doan et al., 2014). Sedangkan bagian badan terdiri dari : rasio panjang standar/tinggi badan 3.0 cm, tubuh relatif memanjang, warna punggung kebiru-biruan, pucat pada bagian perut dan sirip transparan, perut lebih lebar dibandingkan panjang kepala, dan jarak sirip perut ke ujung moncong relatif panjang. (Giri, 2013). Ikan patin memiliki badan memanjang berwarna putih seperti pera dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Panjang tubuhnya bisa mencapai 120 cm, suatu ukuran yang cukup besar untuk ukuran ikan air tawar domestik. Kepala patin relatif kecil dengan mulut terletak diujung kepala agak disebelah bawah. Hal ini merupakan ciri khas golongan catfish. Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba (Yuliarti, 2011).
Sirip punggung memiliki sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi patil yang bergerigi dan besar di sebelah belakangnya. Sementara itu, jari-jari lunak sirip punggung terdapat enam atau tujuh buah. Pada punggungnya terdapat sirip lemak yang berukuran kecil sekali. Adapun sirip ekornya membentuk cagak dan bentuknya simetris. Sirip duburnya panjang, terdiri dari 30-33 jari-jari lunak, sedangkan sirip perutnya memiliki enam jari-jari lunak. Sirip dada memiliki 12-13 jari-jari lunak dan sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi senjata yang dikenal sebagai patil (Yuliarti, 2011).

Habitat dan penyebarannya
Ikan patin termasuk ikan dasar. Hal ini bisa dilihat dari bentuk mulutnya yang agak ke bawah. Habitatnya di sungai-sungai besar dan muara-muara sungai yang tersebar di Indonesia, India, dan Myanmar. Ikan patin  dapat dipelihara di kolam atau keramba jarring apung yang letaknya di sungai (Cacot et al., 2002). Ikan patin dapat hidup dalam keadaan DO rendah. Ikan Patin termasuk ikan yang beraktifitas pada malam hari atau nocturnal. Selain itu, patin suka bersembunyi di dalam liang-liang di tepi sungai habitat hidupnya. Ikan ini termasuk ikan demersal atau ikan dasar. Secara fisik memang dari bentuk mulut yang lebar persis seperti ikan demersal lain seperti ikan lele dan ikan gabus (Andrieu, 2015). Ikan patin dapat hidup pada kedalaman 3,5-4,5m, dengan rata-rata kepadatan 50 ekor/m2 (Phan et al, 2009). Daerah peyebaran ikan patin di Indonesia yakni di perairan Sumatera dan Kalimantan dan ikan ini masih dengan mudah ditemukan di wilayah tersebut. Di alam ikan ini dikumpulkan di tepi-tepi sungai besar pada akhir musim penghujan atau sekitar bulan April sampai Mei. Alat yang dipergunakan adalah seser yaitu semacam jala. yang diperegang dengan sepasang bilah bambu. Pengoperasiannya dengan cara mendorong atau menyeserkannya ke arah depan. Waktu penangkapannya menjelang fajar karena pada saat itu anak-anak patin umumnya berenang bergerombol dan sesekali muncul ke permukaan air untuk menghirup oksigen dari udara langsung (Siswahyuningsih, 2011).

Siklus Hidup Ikan Patin
Ikan patin dalam menjalani hidupnya mengalami perkembangan atau fase yang akan dijalaninya selama beberapa waktu sampai akhirnya dapat dikonsumsi ataupun dijadikan induk untuk menghasilkan benih-benih yang berkualitas.  Ikan patin memiliki fase kehidupan yaitu telur, larva, benih (juvenil), dan induk (dewasa) (Yuliarti, 2011).  Larva mengalami dua fase, yaitu fase prelarva dan postlarva. Fase prelarva mempunyai bentuk silindris dan simetris bilateral dengan kandungan telur pada bagian antarior tubuh. Sirip dada dan sirip ekor sudah terbentuk, tetapi belum sempurna. Pada fase postlarva, kantung kuning telur menghilang dan figmen tubuh mulai terbentuk, lipatan sirip dorsal (sirip punggung), sirip perut dan sirip dubur juga mulai terbentuk. Larva menyukai cahaya yang lembut (Cacot et al., 2002). Larva yang baru menetas tersebut masih mengadung kuning telur, sehingga tidak memerlukan pakan dari luar. Kuning telur tersebut hampir habis terserap pada saat larva berumur tiga hari, pada saat itu larva mulai memerlukan pakan yang berasal dari luar. Pada fase ini derajat kelangsung hidup larva hanya lima persen. Fase ini paling kritis, karena terjadi proses pembentukan saluran pencernaan dan perubahan pakan dari pakan asal kuning telur kepada pakan dari luar. Larva tersebut tidak aktif mencari pakan, tetapi bergerak aktif dengan mulut terbuka dan jika menyentuh larva atau jenis pakan lainnya, maka mulut larva segera menutup dan pakan tersebut ditelan sedikit demi sedikit. Pada fase ini seringkali terjadi kanibalisme (Debnath et al., 2006).

Makanan dan Kebiasaan Makan
Ikan patin memerlukan sumber energi, sumber energi tersebut berasal dari makanan  dan dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Ikan patin bersifat nokturnal (melakukan aktivitas pada malam hari). Ikan patin mempunyai sifat yang termasuk omnivora atau golongan ikan pemakan segala (Hung et al., 2002). Malam hari ia akan keluar dari lubangnya dan mencari makanan renik yang terdiri atas cacing, serangga, udang sungai, jenis–jenis siput dan biji–bijian. Ikan patin akan tumbuh dengan baik sesuai dengan teknik pemberian pakannya (Andrieu, 2015). Dari sifat makannya ikan ini juga tergolong ikan yang sangat rakus karena jumlah makannya yang besar. Sedangkan untuk larva ikan patin yang dipelihara pada kolam-kolam maupun akuarium dapat diberikan makanan alami seperti artemia untuk memenfuhi kebutuhan hidupnya (Yuliarti, 2011).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar