Nah, sekarang saya mau berbagi sedikit ilmu tentang seperti apa sih ikan gabus?
ini loh yang namanya ikan gabus, serem ya ? hihihi
Ikan gabus (Channa striata) atau yang lebih dikenali
sebagai striped snakehead, anggota
genus Channa, merupakan ikan konsumsi
yang populer di Asia (Wee, 1982) dalam (Muthmainnah,
2013). Ikan ini memiliki nilai ekonomi yang terus meningkat dan memiliki
pasaran yang tinggi karena rasanya enak dan ketersediaannya sepanjang tahun.
Selain dimanfaatkan dalam bentuk ikan segar karena memiliki daging yang tebal
dan rasa yang khas, juga telah diolah sebagai bahan pembuatan kerupuk dan pempek,
serta sebagai ikan asin dan ikan asapan. Daging ikan ini juga dimanfaatkan
sebagai bahan terapi pengobatan setelah pembedahan (Gam et al., 2006) dalam (Muthmainnah, 2013), selain itu benih ikan gabus juga telah
dijadikan sebagai pakan ikan hias. Peningkatan kebutuhan terhadap ikan gabus
tentunya akan mempengaruhi ketersediaan stok di perairan umum. Salah satu cara
untuk menjaga ketersediaannya adalah dengan mengembangkan kegiatan budidaya.
Budidaya ikan gabus telah dilakukan di sungai dan waduk menggunakan karamba
(Adamson, 2010; Poulsen et al., 2008) dalam (Muthmainnah, 2013), juga di rawa
lebak menggunakan karamba dan sistem pagar.
Ikan gabus merupakan ikan air tawar liar dan
predator benih yang rakus dan sangat ditakuti pembudidaya ikan. Ikan ini merupakan
ikan buas (carnivore yang bersifat predator). Di alam, ikan gabus tidak hanya
memangsa benih ikan tetapi juga ikan dewasa dan serangga air lainnya termasuk
kodok. Bahkan di Kalimantan pernah dilaporkan gabus memangsa anak bebek. Ini
masuk akal karena di sungai dan di rawa-rawa Kalimantan terdapat jenis gabus berukuran
besar (gabus toman/aruan dan sejenisnya). Ikan gabus dikenal dengan banyak
nama. Ada yang menyebutnya sebagai aruan, haruan (Melayu dan Banjar), kocolan
(Betawi); bayong, bogo, licingan, kutuk (Jawa); dan lain-lain. Dalam bahasa
Inggris, belut juga disebut dengan berbagai nama, seperti common snakehead, snake-head murrel, chevron snakehead, striped
snakehead juga aruan. Nama ilmiahnya adalah Channa striata (Bloch, 1793) dalam (Sulthoniyah et al., 2013) dan
ada yang menyebutnya Ophiocephalus
striatus.
Ikan gabus (Channa striata) merupakan ikan air tawar
yang melakukan pemjahan secara alami selama musim hujan. Secara alami, faktor
fisiologis dan lingkungan dijadikan pertimbangan sebagai isyarat penting dalam merangsang
pemijahan pada ikan teleost. Pada wilayah tropis, perubahan temperatur perairan
dan amplitude ketinggian permukaan air yang disebabkan oleh pergantian musim
dapat menjadi trigger untuk ikan melakukan pemijahan (Zairin et al. 2001) dalam (Bijaksana, 2012). Selanjutnya pada
ikan lele (Clarias batrachus), dapat memijah lebih awal ketika dilakukan perubahan
pada ketinggian air, hal ini mengindikasikan bahwa ketinggian air merupakan
salah satu trigger (Zairin et al. 1992) dalam (Bijaksana, 2012).
Ikan gabus yang tertangkap di awal musim kemarau
sampai puncak musim kemarau, 75-80% berada pada fase perkembangan gonad
(Bijaksana 2006) dalam (Bijaksana,
2012). Perangkap alami ikan di perairan rawa dikenal dengan istilah ”beje” (Bijaksana,
2010) dalam (Bijaksana, 2012). Hal
inilah salah satu akibat menurunnya populasi dan atau semakin besarnya ukuran
ikan gabus yang tertangkap saat ini. Pada waktu musim penangkapan (puncak musim
kemarau) yang tertangkap sebagian besar adalah ikan gabus dalam perkembangan
kematangan gonad. Apabil hal ini terjadi secara terus menerus maka ikan gabus
yang tertangkap akan semakin besar sizenya atau bahkan mungkin mengalami
kepunahan.
Di India, ikan ini
merupakan ikan indikator khususnya pada stadia larva sebagai awal pemulihan lingkungan
perairan ketika terjadi perubahan musim (Ng & Lim 1990; Qin et al., 1997) dalam (Bijaksana, 2012). Khusus di perairan rawa maka keberadaan ”beje”
yang berfungsi sebagai perangkap tetapi secara alami juga berfungsi sebagai lingkungan
yang terbatas untuk perkembangan dan pematangan gonadnya (Bijaksana, 2006) dalam (Bijaksana, 2012). Di awal musim penghujan,
dimana kondisi perairan rawa belum stabil maka dikondisi ”air bangai” pemijahan
ikan belum terjadi. Hal ini memberikan indikasi bahwa secara alami, ikan-ikan
yang berpijah tergantung dengan musim dapat dijadikan indikator pulihnya
lingkungan perairan tersebut.
Ikan gabus
merupakan salah satu jenis ikan buas yang hidup di air tawar maupun air payau.
Merupakan ikan pancingan yang banyak ditemui di sungai, rawa, danaudan
saluran-saluran air hingga ke sawah-sawah Selain itu, ikan ini sering kali
diasinkan dengan harga jual yang lumayan mahal. Menurut Ulandari et al., (2011)
dalam (Sulthoniyah et al., 2013), ikan gabus memiliki
manfaat antara lain meningkatkan kadar albumin dan daya tahan tubuh,
mempercepat proses penyembuhan pasca-operasi dan mempercepat penyembuhan luka
dalam atau luka luar. Semakin hari populasi ikan gabus di alam semakin berkurang
sehingga perlu dilakukan budidaya pada ikan jenis ini.
Menurut Muslim
(2007), bahwa ikan gabus (Chana striata)
merupakan salah satu jenis ikan perairan umum yang bernilai ekonomis tinggi.
Ikan ini mulai dari ukuran kecil (anak) sampai ukuran besar (dewasa) dapat
dimanfaatkan. Anak ikan gabus dijadikan makanan ikan hias louhan, arwana dan
belida. Maraknya bisnis ikan hias tersebut menyebabkan kebutuhan anak ikan
gabus semakin meningkat sehingga penangkapan anak ikan gabus semakin intensif.
Selain itu, ikan gabus juga dimanfaatkan sebagai bahan campuran berbagai
makanan khas Palembang seperti empek-empek, tekwan, model, burgo, laksan, dan
kerupuk kemplang. Pemanfaatan ikan gabus ukuran kecil hingga besar tersebut
menyebabkan kebutuhan ikan gabus semakin meningkat. Produksi ikan gabus di
Indonesia masih mengandalkan tangkapan dari alam. Semakin tinggi intensitas
penangkapan ikan gabus, maka akan memberikan dampak terhadap menurunnya
populasi ikan gabus dialam. Berdasarkan kasus tersebut, maka upaya pembudidayaan
ikan gabus perlu dilakukan, namun kendala dalam budidaya ikan gabus ini juga
masih ada seperti masalah pembenihan, pemijahan, pembesaran dan pakan.
Sebagai
langkah awal untuk membudidayakan ikan gabus, diperlukan ikan yang sudah
terbiasa dalam kondisi lingkungan budidaya (sudah terdomestikasi). Ikan yang
belum terdomestikasi banyak memiliki kendala dalam melakukan
manipulasi-manipulasi terhadap spesies tersebut disebabkan habitat asli ikan
tersebut berbeda dengan habitat budidaya. Dalam lingkungan budidaya ikan tidak
bisa bebas seperti di perairan umum (alam liar), karena ada pembatasnya. Karena
dalam lingkungan terbatas inilah kadang banyak spesies ikan yang tidak mampu
bertahan hidup karena terjadi tekanan fisiologis dalam tubuh ikan yang belum bisa
menerima kondisi lingkungan yang berbeda bahkan sangat berbeda dengan
lingkungan aslinya di perairan umum.
Dalam usaha
domestikasi ikan liar, tujuan utama yang ingin dicapai adalah ikan-ikan yang
didomestikasikan tersebut mampu bertahan hidup, setelah ikan mampu bertahan
hidup selanjutnya diharapkan ikan tersebut dapat tumbuh dalam media budidaya
dan pada akhirnya ikan diharapkan dan berkembangbiak dalam lingkungan budidaya.
Menurut Sasanti dan
Yulisman (2012), bahwa ikan gabus (Channa
striata) merupakan salah satu ikan rawa yang belum banyak dibudidayakan.
Salah satu kendala dalam budidaya ikan gabus adalah ketersediaan pakan yang
dapat dimakan oleh ikan gabus. Keterbatasan organisme akuatik yang berperan
sebagai pakan alami bagi ikan gabus dapat menimbulkan persaingan dalam
mendapatkan makanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar