Rabu, 03 Agustus 2016

Mengenal Ikan Gabus (Channa striata)

Nah, sekarang saya mau berbagi sedikit ilmu tentang seperti apa sih ikan gabus?
ini loh yang namanya ikan gabus, serem ya ? hihihi

Ikan gabus (Channa striata) atau yang lebih dikenali sebagai striped snakehead, anggota genus Channa, merupakan ikan konsumsi yang populer di Asia (Wee, 1982) dalam (Muthmainnah, 2013). Ikan ini memiliki nilai ekonomi yang terus meningkat dan memiliki pasaran yang tinggi karena rasanya enak dan ketersediaannya sepanjang tahun. Selain dimanfaatkan dalam bentuk ikan segar karena memiliki daging yang tebal dan rasa yang khas, juga telah diolah sebagai bahan pembuatan kerupuk dan pempek, serta sebagai ikan asin dan ikan asapan. Daging ikan ini juga dimanfaatkan sebagai bahan terapi pengobatan setelah pembedahan (Gam et  al., 2006) dalam (Muthmainnah, 2013), selain itu benih ikan gabus juga telah dijadikan sebagai pakan ikan hias. Peningkatan kebutuhan terhadap ikan gabus tentunya akan mempengaruhi ketersediaan stok di perairan umum. Salah satu cara untuk menjaga ketersediaannya adalah dengan mengembangkan kegiatan budidaya. Budidaya ikan gabus telah dilakukan di sungai dan waduk menggunakan karamba (Adamson, 2010; Poulsen  et al., 2008) dalam (Muthmainnah, 2013), juga di rawa lebak menggunakan karamba dan sistem pagar.
Ikan gabus merupakan ikan air tawar liar dan predator benih yang rakus dan sangat ditakuti pembudidaya ikan. Ikan ini merupakan ikan buas (carnivore yang bersifat predator). Di alam, ikan gabus tidak hanya memangsa benih ikan tetapi juga ikan dewasa dan serangga air lainnya termasuk kodok. Bahkan di Kalimantan pernah dilaporkan gabus memangsa anak bebek. Ini masuk akal karena di sungai dan di rawa-rawa Kalimantan terdapat jenis gabus berukuran besar (gabus toman/aruan dan sejenisnya). Ikan gabus dikenal dengan banyak nama. Ada yang menyebutnya sebagai aruan, haruan (Melayu dan Banjar), kocolan (Betawi); bayong, bogo, licingan, kutuk (Jawa); dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris, belut juga disebut dengan berbagai nama, seperti common snakehead, snake-head murrel, chevron snakehead, striped snakehead juga aruan. Nama ilmiahnya adalah Channa striata (Bloch, 1793) dalam (Sulthoniyah et al., 2013) dan ada yang menyebutnya Ophiocephalus striatus.
Ikan gabus (Channa striata) merupakan ikan air tawar yang melakukan pemjahan secara alami selama musim hujan. Secara alami, faktor fisiologis dan lingkungan dijadikan pertimbangan sebagai isyarat penting dalam merangsang pemijahan pada ikan teleost. Pada wilayah tropis, perubahan temperatur perairan dan amplitude ketinggian permukaan air yang disebabkan oleh pergantian musim dapat menjadi trigger untuk ikan melakukan pemijahan (Zairin et al. 2001) dalam (Bijaksana, 2012). Selanjutnya pada ikan lele (Clarias batrachus), dapat memijah lebih awal ketika dilakukan perubahan pada ketinggian air, hal ini mengindikasikan bahwa ketinggian air merupakan salah satu trigger (Zairin  et al. 1992) dalam (Bijaksana, 2012).
Ikan gabus yang tertangkap di awal musim kemarau sampai puncak musim kemarau, 75-80% berada pada fase perkembangan gonad (Bijaksana 2006) dalam (Bijaksana, 2012). Perangkap alami ikan di perairan rawa dikenal dengan istilah ”beje” (Bijaksana, 2010) dalam (Bijaksana, 2012). Hal inilah salah satu akibat menurunnya populasi dan atau semakin besarnya ukuran ikan gabus yang tertangkap saat ini. Pada waktu musim penangkapan (puncak musim kemarau) yang tertangkap sebagian besar adalah ikan gabus dalam perkembangan kematangan gonad. Apabil hal ini terjadi secara terus menerus maka ikan gabus yang tertangkap akan semakin besar sizenya atau bahkan mungkin mengalami kepunahan.
Di India, ikan ini merupakan ikan indikator khususnya pada stadia larva sebagai awal pemulihan lingkungan perairan ketika terjadi perubahan musim (Ng & Lim 1990; Qin et al., 1997) dalam (Bijaksana, 2012). Khusus di perairan rawa maka keberadaan ”beje” yang berfungsi sebagai perangkap tetapi secara alami juga berfungsi sebagai lingkungan yang terbatas untuk perkembangan dan pematangan gonadnya (Bijaksana, 2006) dalam (Bijaksana, 2012). Di awal musim penghujan, dimana kondisi perairan rawa belum stabil maka dikondisi ”air bangai” pemijahan ikan belum terjadi. Hal ini memberikan indikasi bahwa secara alami, ikan-ikan yang berpijah tergantung dengan musim dapat dijadikan indikator pulihnya lingkungan perairan tersebut.
Ikan gabus merupakan salah satu jenis ikan buas yang hidup di air tawar maupun air payau. Merupakan ikan pancingan yang banyak ditemui di sungai, rawa, danaudan saluran-saluran air hingga ke sawah-sawah Selain itu, ikan ini sering kali diasinkan dengan harga jual yang lumayan mahal. Menurut Ulandari et al., (2011) dalam (Sulthoniyah et al., 2013), ikan gabus memiliki manfaat antara lain meningkatkan kadar albumin dan daya tahan tubuh, mempercepat proses penyembuhan pasca-operasi dan mempercepat penyembuhan luka dalam atau luka luar. Semakin hari populasi ikan gabus di alam semakin berkurang sehingga perlu dilakukan budidaya pada ikan jenis ini.
Menurut Muslim (2007), bahwa ikan gabus (Chana striata) merupakan salah satu jenis ikan perairan umum yang bernilai ekonomis tinggi. Ikan ini mulai dari ukuran kecil (anak) sampai ukuran besar (dewasa) dapat dimanfaatkan. Anak ikan gabus dijadikan makanan ikan hias louhan, arwana dan belida. Maraknya bisnis ikan hias tersebut menyebabkan kebutuhan anak ikan gabus semakin meningkat sehingga penangkapan anak ikan gabus semakin intensif. Selain itu, ikan gabus juga dimanfaatkan sebagai bahan campuran berbagai makanan khas Palembang seperti empek-empek, tekwan, model, burgo, laksan, dan kerupuk kemplang. Pemanfaatan ikan gabus ukuran kecil hingga besar tersebut menyebabkan kebutuhan ikan gabus semakin meningkat. Produksi ikan gabus di Indonesia masih mengandalkan tangkapan dari alam. Semakin tinggi intensitas penangkapan ikan gabus, maka akan memberikan dampak terhadap menurunnya populasi ikan gabus dialam. Berdasarkan kasus tersebut, maka upaya pembudidayaan ikan gabus perlu dilakukan, namun kendala dalam budidaya ikan gabus ini juga masih ada seperti masalah pembenihan, pemijahan, pembesaran dan pakan.
Sebagai langkah awal untuk membudidayakan ikan gabus, diperlukan ikan yang sudah terbiasa dalam kondisi lingkungan budidaya (sudah terdomestikasi). Ikan yang belum terdomestikasi banyak memiliki kendala dalam melakukan manipulasi-manipulasi terhadap spesies tersebut disebabkan habitat asli ikan tersebut berbeda dengan habitat budidaya. Dalam lingkungan budidaya ikan tidak bisa bebas seperti di perairan umum (alam liar), karena ada pembatasnya. Karena dalam lingkungan terbatas inilah kadang banyak spesies ikan yang tidak mampu bertahan hidup karena terjadi tekanan fisiologis dalam tubuh ikan yang belum bisa menerima kondisi lingkungan yang berbeda bahkan sangat berbeda dengan lingkungan aslinya di perairan umum.
Dalam usaha domestikasi ikan liar, tujuan utama yang ingin dicapai adalah ikan-ikan yang didomestikasikan tersebut mampu bertahan hidup, setelah ikan mampu bertahan hidup selanjutnya diharapkan ikan tersebut dapat tumbuh dalam media budidaya dan pada akhirnya ikan diharapkan dan berkembangbiak dalam lingkungan budidaya.
Menurut Sasanti dan Yulisman (2012), bahwa ikan gabus (Channa striata) merupakan salah satu ikan rawa yang belum banyak dibudidayakan. Salah satu kendala dalam budidaya ikan gabus adalah ketersediaan pakan yang dapat dimakan oleh ikan gabus. Keterbatasan organisme akuatik yang berperan sebagai pakan alami bagi ikan gabus dapat menimbulkan persaingan dalam mendapatkan makanan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar